Selasa, 22 Maret 2011

Islam dan Politik : Pandangan Praktis Hasan Al-Banna

Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 20 telah muncul seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam agenda kebangkitan Islam. Ia bernama Hasan Al-Bana yang mana diantara para tokoh pergerakan Islam menjadi sumber inspirasi. Dalam pandangan Thanthowy Jauhary, Al-Banna lebih besar dari pada Jamaludiddin Al-Afgani yang mengangkat tema Pan Islamisme pun Muhammad Abduh sebagai pendahulunya. Bisa dibilang tokoh yang berkelahiran Mesir pada tahun 1906 ini merupakan perpaduan yang menakjubkan antara taqwa dan kepiawaian politik. Ia sholeh seperti Ali dan cerdas seperti Mu’awiyyah.Kesadaran sejarah yang begitu dalam, menjadikan Al-Banna sebagai pemegang saham terbesar kebangkitan Islam mulai abad 20 sampai sekarang. Ia sangat paham akan problematika umat dan sangat kuat perencanaanya dalam memecahkan persoalan. Ketika para pemimpin dinegara-negara Islam dipengaruhi oleh Eropa yang telah memisahkan agama dari politik dan pemerintahan, ia terdepan dalam memperingatkan akan bahaya fatal tersebut karena memang menjadi awal dari kelemahan dan kerusakan.  Dengan kemahirannya akan Fiqh Politik, ia mengkritik keras sekularisme dan menyadarkan bahwa setiap gerakan Islam yang menjauhkan politik dari cita-citanya tidak tepat. Menurutnya pemahaman agama itu universal meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk politik tanpa pemisahan. Bahkan beliau dalam sebuah konferensi pelajar Ikhwanul Muslimin pada bulan Muharram 1357 H, mengatakan,

“Dapat aku sampaikan dengan tegas bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna agamanya kecuali jika ia menjadi politikus, memiliki pandangan yang jauh tentang problematika umatnya, memperhatikan urusan-urusan mereka dengan bersedia untuk mencari jalan keluarnya. Dapat aku katakan bahwa pembatasan dan pembuangan agama ini adalah sikap yang tidak diakui oleh agama Islam. Maka kepada setiap organisasi Islam agar menjadikan prioritas programnya adalah memperhatikan urusan politik umat Islam. Kalau tidak maka ia sendiri perlu untuk memahami kembali akan makna Islam.”

Pandangannya diatas benar-benar pada perencanan dan tindakan sosial yang nyata dalam memecahakan problematika umat. Terbukti  saat wacana  berkembang di Mesir pada penghujung abad 19 dan awal abad ke 20 sebagai masanya, Al-Banna menjadi pemeran utamanya. Catatan penting saat itu, hampir seluruh bagian dunia Islam berkiblat ke Mesir, ketika pusat Khilafah Islamiyah di Turki sedang lemah menghadapi konspirasi internasional. Selain disamping diisolasi dari negara-negara Islam lainnya, khususnya negara-negara Arab, melalui isu nasionalisme. Al-Banna melakukan proses kebangkitan sebuah bangsa dan ummat dengan luar biasa. Demikian juga saat runtuhnya Khilafah, dengan cepat ia membangun kembali proyek peradaban yang besar dan kompleks.

Pada catatan Anis Matta, singkat cerita tentang langkahnya, Al-Banna memulai pekerjaan dengan menganalisa kondisi umat Islam serta lingkungan strategis yang mempengaruhinya.  Ia menentukan sasaran dan target tertinggi yakni menegakkan khilafah kembali dan menjadi soko guru ummat manusia. Setelah itu membuat “peta masalah” dunia Islam bersama Ikhwanul Muslimin yang didirikannya, ia mengabadikan transformasi wacana kebangkitan Islam menjadi sebuah gerakan, yang bekerja pada semua lini kehidupan umat. Cara yang dilakukan ialah dengan merekonstruksi struktur sosial yang melahirkan para pemimpin atau bahasa lain yakni pembentukan kader. Hal ini berhasil dengan terlihatnya kader-kader Ikhwan ada pada seluruh lapisan sosial masyarakat Mesir. Lalu ikhwan juga berkembang menjadi gerakan massa bahkan mampu mengerjakan tugas dan fungsi negara, seperti mendirikan sekolah, rumas sakit, mesjid, perusahaan, lembaga riset dan lainnya. Sehingga Ikhwan dapat mengelola aktivitas ibadah, pendidikan, bisnis, sosial dan politik. Hal merupakan suatu integrasi sempurna dari empat kekuatan yakni konsep, kader, massa dan organisasi.

Cerita nyata diatas menjadi ancaman bagi Barat khususnya Inggris yang sangat berhubungan dengan Mesir. Pada akhirnya Al-Banna dibunuh dengan cara ditembak oleh mereka musuhnya yang ketakutan pada tahun 1948, menginjak usianya baru genap 42 tahun. Setelah kematian beliau para pimpinan Ikhwan pun dipenjara selama lebih 20 tahun dan organisasi ini dibubarkan. Sayangnya apa yang dilakukan oleh musuh Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin tidak berhasil membunuh pergerakan yang sudah diabadikan. Sekarang Ikhwan telah menyebar lebih dari 70 negara Islam, termasuk Indonesia yang kita cintai sebagai negara muslim terbesar didunia. Allahu Akbar !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar