Senin, 09 Mei 2011

2011

2011

PRESS RELEASE

TUNTUT TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS HAK PENDIDIKAN

UNTUK SELURUH RAKYAT INDONESIA

 

Pendidikan sebagai kunci perbaikan bangsa kita ternyata masih di pandang sebelah mata oleh pemerintah. Pemerintah belum mampu memberikan pendidikan yang berkualitas pada seluruh rakyat Indonesia. Hak setiap warga untuk mengenyam pendidikan bermutu teutama untuk pendidikan dasar yang dinyatakan sebagai program Wajar 9 tahun masih jauh dari harapan. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya peserta didik yang dinyatakan tidak lulus dalam melewati UAN dan UAS. Termasuk ketidakmampuan pemerintah mengatasi banyak anak yang tidak sekolah karena harus bekerja dijalanan. Salah satunya permasalahan yang mendasar ialah karena akses yakni ketersediaan bangku sekolah terutama untuk mereka yang kurang mampu. Indikator lain, skor dan rangking Human Development Index, dimana Indonesia masih termasuk dalam negara-negara medium. Dalam index ini penduduk Indonesia memililki rata-rata pendidikan 7, 4 Tahun dalam tarikan usia 7-15 Tahun (BPS, 2009).

 

Harapan meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia juga salah satunya terhalangi dari sisi pengalokasian dana. Pada 20 Pebruari 2008, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohanan guru asal Sulsel, Rahmatiah Abbas dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Badryah Rifai melaui pengacara Elsa Syarif  saat uji materiil Pasal 49 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Sehingga gaji pendidik yang sebelumnya dipisah sekarang dimasukan dalam anggaran pendidikan 20 % dari APBN. Padahal secara total, gaji guru mencapai 80 % anggaran pendidikan. Demikian pengalokasian seperti ini menyimpang dari UUD karena gaji guru seharusnya tidak masuk anggaran pendidikan.

 

Kita juga melihat kesejahteraaan dan profesionalitas guru sangat mengkhwatirkan. Terutama untuk guru honorer yang mendapatkan gaji kisaran 150.000 perbulan. Pembinaan guru dalam jabatan hampir tidak mendapatkan tempat seharusnya. Demikian pula beban kerja guru yang menyebabkan guru hanya mampu menghabiskan waktunya untuk mengajar. Pengembangan professional guru terabaikan dan hanya terjadi jika pemerintah memiliki program yang sifatnya temporer dan bukan merupakan bagian dari beban kerja guru. Di negara-negara Singapura, Jepang, dan Korea Selatan guru hanya diperkenakkan mengajar 35 % dari beban kerja sedangkan 65 % digunakan untuk pengembangan profesi (professional Development). Indonesia, mirip Amerika Serikat mewajibkan guru mengajar 80 % dari beban kerja guru yaitu sebesar 1080 jam per tahun (S. Hamid Hasan, 2009).

 

Semakin mahalnya biaya pendidikan membuat minimnya akses rakyat terhadap pendidikan. Pendidikan yang mengarah pada otonomi di  Perguruan Tinggi terutama pada kampus favorit, terus menerus menaikkan biaya masuknya untuk menunjukan gengsinya. Biaya masuk mencapai puluhan bahkan ratusan juta, belum lagi termasuk biaya semester. Selain itu di kampuspun menghadirkan peranan swasta bahkan pengusaha di majelis wali amanat. Sehingga menjadikan kampus seperti pasar.

 

Semangat Reformasi pun belum nampak dalam pendidikan. Upaya seperti Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) belum menjadi fokus utama dalam mendorong penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Permasalahan terkait BOS, penarikan uang dari orang tua murid dan sejenisnya yang masih mengemuka, menunjukan ketidakpercayaan masyarakat pada lembaga pendidikan.

 

Oleh karena itu dengan keprihatianan mendalam kami, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional menuntut pemerintah untuk :

1.      Wujudkan Pemerataan Daya Tampung dan Aksibilitas Pendidikan Terutama Bagi Masyarakat Kurang Mampu

2.      Anggarkan 20 % di Luar Gaji Kepegawaian

3.      Tingkatkan Kesejahteraan dan Profesionalitas Guru

4.      Hentikan Privatisasi dan Komersialisasi Pendidikan

5.      Wujudkan Reformasi Birokrasi Pendidikan

 

Bandung, 2 Mei 2011

Gerakan Mahasiswa Bandung (GMB)

KAMMI Bandung, FMN Bandung, GMNI Bandung, PMKRI Bandung, LSAK UIN, FAMU Unisba, UKSK UPI, GMKI Bandung

Blogged with the Flock Browser

Selasa, 22 Maret 2011

Rekayasa Sosial bagi Gerakan Mahasiswa

Catatan  Saat Menjadi Mensospol Bem Rema UPI 2009

Hidup Mahasiswa!!! Hidup Rakyat Indonesia!!! ialah teriakan yang sering didengungkan oleh para aktifis mahasiswa. Sampai sekarang, dalam keadaan yang menunjukan “mahasiswa telah jauh dari rakyat”. Meskipun mahasiswa selalu mengatasnamakan rakyat, wacana yang diusung ternyata tanpa penguasaan dari mahasiswa sendiri. Ada apa dengan gerakan mahasiswa? Terutama pasca reformasi yang dinilai mati suri karena berjalan ditempat. Gerakan mahasiswa seperti berada dipersimpangan jalan karena tidak bisa menemukan arah gerakannya. Bergerak tapi tanpa di bangun atas sebuah kesadaran. Dengan hanya bisa berteriak seperti “menolak” kebijakan pemerintah tapi tanpa mampu menyampaikan gagasan cemerlang dan ilmiah sebagai alternatif solusi. 

Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa hari ini lebih dituntut untuk mampu menunjukan kadar intelektualnya dengan mengajukan alternatif-alternatif solusi atas berbagai permasalahan bangsa. Apalagi sekarang menghadapi zaman yang semakin berubah. Dimana keran demokrasi sudah dibuka di era reformasi, tuntutan global ternyata lebih cepat daripada tuntutan mahasiswa. Dampak terdekat dengan kita  misalnya, bahwa untuk menghadapi kampus dan mahasiswa yang semakin komersil saja kita sulit beradaptasi apalagi mengatasinya. Sudah menjadi rahasia umum sistem pendidikan sekarang  didesain sedemikian rupa sehingga kebanyakan mahasiswa apolitis. Maka dari itu kita tidak bisa menghadapinya dan menyelesaikannya dengan cara-cara konvensional serta pendekatan, yang terkadang juga tidak konkrit untuk masalah yang memang riil.

Memang benar antara harapan dan kenyataan sekarang terlalu jauh jaraknya. Jangankan  memberi solusi yang riil untuk rakyat, gerakan mahasiswa sendiri masih dilanda bencana yang termasuk problem sosial. Dimana kebanyakan mahasiswa sekarang apatis. Tidak 100 atau 900 mahasiswa namun beribu-ribu bahkan puluhan ribu mahasiswa tiap kampus dibuat apatis dengan menghilangkan konsekuensi identitasnya terutama aspek organisasional dan sosial politik. Mahasiswa disetting menjadi manusia invidulistis dengan hanya berpikir mendapatkan IPK besar dan cepat lulus. Dimensi sosial seperti aktif dalam organisasi dianggap hanya memperlama usia kuliah dan mengganggu nilai IPK. Maka dari itu, disamping kita masuk dalam kerangka memberi solusi yang riil untuk rakyat. Kita juga harus bisa merasionalisasikan pada mahasiswa umumnya mengenai situasi dan kondisi yang harus mereka hadapi.

Perlu dipahami wacana NKK/BKK Jilid 2 (baca: NKK/BKK ) semakin terasa gejalanya. Secara subtansi ruang politik dijauhkan kembali dari mahasiswa. Salah satunya pemerintah melalui kebijakan komersialisasi pendidikan, menggiring mahasiswa untuk menjauhi dan bahkan menghilangkan dimensi sosial dirinya. Kampus seperti pasar saja, dimana ada penjual dan pembeli, pendidikan hanya untuk pembeli yang mampu membayar harga yang ditetapkan oleh penjual. Akibatnya pola pikir dari mahasiswapun berubah. Jauh dari istilah memikirkan rakyat. Kampus hanya menjadi menara gading yang hanya mencetak manusia untuk menjadi tenaga kerja siap pakai dengan orientasi utama ialah materi, tanpa dimensi sosial apalagi melakukan perbaikan sosial. 

Keadaan yang lebih parah, sebentar lagi kebijakan pendidikan dengan otonomi kampus akan menyandang status BHP (baca : BHP). Dampaknya sudah bisa dipastikan pada semakin mahal biaya kuliah, semakin padatnya beban kuliah dan peraturan kampus yang menekan aktivitas mahasiswa. Sehingga mahasiswa hanya akan menyentuh aspek akademis saja. Kita bisa mengevalusi BHMN (baca : BHMN) sebagai ‘pengantar BHP’  misalnya di kampus UPI. Mulai tahun 2006 dengan dibukanya jalur khusus dan jalur terbatas lalu kemudian tahun 2007 diganti kemasannya menjadi UM, biaya kuliah di UPI semakin mahal saja. Setiap tahun presentase jalur UM ditingkatkan, namun pertanyaan dasar apakah meningkatkan kualitas mahasiswa di UPI misalnya dalam hal pendidikan? Seakaan-akan enggan dijawab dan terlihat sekali kebijakan ini hanya menyentuh aspek materi finansial saja. Mengenai masalah padatnya beban kuliah, bisa kita ambil contoh, di UPI sendiri kita tanyakan pada mahasiswa baru elektro (Angkatan 2009) jalur PMDK sudah disuguhi 24 SKS (dirubah jadi 20 SKS). Artinya mahasiswa benar-benar diarahkan untuk sibuk di aspek akademis dengan tidak memperhatikan aspek organisasional dan sosial politik. Adapun mengenai peraturan kampus, jelas-jelas membatasi ruang gerak mahasiswa. Kebijakan tidak diperbolehkannya aktivitas jam malam misalnya—untuk organisasi kemahasiswaan—merupakan hal yang sulit dibantah sebenarnya oleh si pembuat kebijakan. Demikian kebijakan-kebijakan yang membuat mahasiswa menjadi apatis dan menjadi salah satu faktor melempemnya pergerakan mahasiswa selain faktor fragmentasi (perpecahan) karena perbedaan ideologi dan munculnya kelompok mahasiswa oportunis, yang menggadaikan idealismenya  kepada suatu kepentingan misalnya birokrasi kampus, demi kepentinganya atau golongannya.

NKK/BKK Jilid 2 juga ditunjukan oleh pemerintahan baru (SBY-Boediono). Legitimasi suara rakyat yang mengantarkan pada keabsolutan rezim sekarang ternyata tetap memperhitungkan kekuatan oposisi permanen yakni gerakan mahasiswa. Dalam pelantikannya SBY melakukan test cash dengan menahan mahasiswa Bandung (UPI dan UNPAD) dan mahasiswa Bogor (IPB) untuk tidak pergi ke Jakarta. Tujuannya ialah untuk mengukur kondisi gerakan mahasiswa. SBY mencoba memberanikan diri dengan menunjukan cakar otoriterianismenya. Rezim baru ini sudah tidak mau dikritik dan mulai refresif terhadap demonstran dengan membuat aturan-aturan yang memperlemah kekuatan oposan. Bahkan SBY berani memenjarakan kebebasan pendapat dan membatasi informasi dengan adanya RUU Rahasia Negara. Hal ini akan menghambat publik mengakses informasi-informasi penting. Bahkan bisa jadi menghambat upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Jika NKK/BKK yang diberlakukan pada tahun 1978 membuat gerakan mahasiswa menjadi lebih kritis dan pada akhirnya bisa menumbangkan rezim militer-otoriter pada tahun 1998. Seharusnya dengan adanya indikasi NKK/BKK Jilid 2 juga bisa membuat mahasiswa sekarang lebih kritis.

Dengan kondisi permasalahan diatas, agenda perubahan sosial harus tetap dilakukan oleh gerakan mahasiswa  sekarang dengan menghidupkan kembali “gerakan mahasiswa yang mati”. Menurut Hafiz  seorang mahasiswa manejemen pendidikan, sebagaimana dikutip dalam bukunya Jalaludin Rahmat yakni Rekayasa Sosial : Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar sebelum kita mengatasi problem sosial dalam rangka rekayasa sosial kita memerlukan planned social changed (perubahan sosial yang terencana). Seperti halnya beberapa tawaran solusi yakni : pertama, merubah pola pikir mahasiswa dengan menghadirkan kondisi-kondisi riil bangsa serta merekayasa lingkungan yang mendukung terciptanya perubahan pemikiran, tindakan serta pergerakan. Kedua, dalam sel-sel kecil, setiap mahasiswa diberikan wadah pertemuan rutin, guna membahas serta mengaktualisasikan apa yang yang telah menjadi bahasan dalam wujud kerja nyata untuk menjawab permasalahan bangsa dan negara. Ketiga, mendorong setiap kebijakan publik yang dihasilkan tidak memberikan celah masuknya paham yang dapat merusak karakter mahasiswa seperti setting-an acara yang membuat mahasiswa menjadi hedonisme (selalu ingin bersenang-senang). Keempat, meningkatkan kompetisi pribadi dan kelompok dalam usaha memenangkan persaingan soft power dengan dilandasi dengan pengorbanan dan persatuan. Jangan sampai soft power tergantikan dengan pengaruh bangsa lain karena merebaknya pemikiran-pemikiran, ideologi dan isme-isme yang mengikis karakter mahasiswa sebagai pemuda Indonesia. Keempat hal demikian bisa dibangun atas trias tradition mahasiswa yang menjadi keharusan yakni membaca, menulis dan diskusi sebagai gerakan intelektual mahasiswa beserta aksinya. Wallahua’lam.

Manejemen Hidup Rasulullah

Hart seorang sejarawan Barat menyatakan Muhammad Saw sebagai manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Kecerdasan yang berpangkal pada kejujuran menjadikan beliau canggih ketika berkomunikasi dengan para pemimpin, sahabat dan pengawas. Catatan penting darinya ialah kemampuan memahami bahasa yang digunakan orang lain. Dengan pola pengaturan memindahkan pikirannya pada sudut pandang yang digunakan oleh lawan bicaranya. Ia berhasil menunjukan perhatiannya yang mendalam pada perasaan dan pemikiran diluarnya. Sehingga seni mendominasi diberlakukannya pada orang yang diajak bicara, walaupun beliau sendiri hanya sedikit dalam berbicara. Khas Muhammad Saw sebagai pendengar yang baik dalam bahasa diam yang aktif. Dimana saatnya ia bicara, tidak ada yang tidak mendengarkan. Berkaitan dengan manejemen hidupnya, disini saya akan menguraikan singkat dari apa yang menjadi gambaran sedikit dari kehidupannya.

Muhammad Saw : Suatu Catatan Kehebatan Sejarah

Jika kita telusuri lebih dalam kehidupan Muhammad. Kita akan menemukan manusia jujur yang paling mampu mengembangkan diri dan mengatasi persoalan dengan luar biasa. Yatim Piatu diusia kanak-kanak, membuat Muhammad kecil berpikir melakukan langkah ekonomi secara keras. Ia menjadi seorang penggembala, mencari kayu bakar, buruh batu dan pasir, serta bekerja serabutan untuk penduduk mekah. Sehingga memasuki usia muda, Muhammad sudah menjadi pengusaha yang tangguh.

Dilihat dari sisi keluarga, Muhammad memerankan suami yang bijaksana, ayah idaman, kakek teladan dan mertua yang penuh perhatian. Ia menjahit pakian sendiri yang robek pun menyapu rumah tanpa menyuruh istrinya. Suatu gambaran yang menunjukan keteladanan manusia terutama laki-laki. Adapun dilihat dari manejemen dakwah. Kita telah melihat tidak kurang 1,3 Milyar orang tersebar diseluruh penjuru dunia. Muhammad mampu mengarahkan makna dan tujuan hidup sampai akhir hidup. Dengan member kesadaran kebebasan beragama juga. Beliau menciptakan suasana rukun dan toleransi dengan agama lain.

Muhammad juga dikenal sebagai pemimpin nomer wahid secara sosial politik. Sejarah telah menulis masyarakat madinah yang komplek dan heterogen dibawah pimpinannya. Ia tidak sekedar memimpin Muhajirin dan Ansar dari kalangan muslim. Namun juga mengondisikan kalangan munafik, paganism, yahudi dan nasrani. Ia sangat kuat dalam berdiplomasi dengan pemimpin jazirah Arab. Selain itu prestasinya dibidang hukum. Mahkamah Agung Amerika Serikat (Supreme Court) telah member pengakuan sebagai satu dari 18 Law Giver terbesar sepanjang sejarah bersama Hammurabi Julias Caesar. Bahkan seharusnya perlu diakui ia mampu menempatkan hukum terbaik, dimana Hukum Islam mencerminkan sifat yang menyeluruh, mengedepankan kemaslahatan, unsur pertahapan, ‘tidak memberatkan’, fleksibel, moderasi dan adil.

Catatan lain, Muhammad juga seorang ahli strategi militer. Selama 10 tahun ia mampu mempertahankan kedaulatan Islam. Ia memimpin langsung 9 perang besar dan mengatur 53 ekspedisi militer. Namun interaksi militer yang panjang dan dahyat itu hanya memakan korban jatuh 379 jiwa saja. Jauh jika dibandingkan misalnya dengan Perang Dunia I yang memakan korban 15.323.100 jiwa. Disini kita bisa melihat, Muhammad mengajarkan strategi yang diawali dengan musyawarah, hati-hati, tidak mudah marah, bersikap adil pada semua pasukan, mengapresiasi yang berprestasi dan meminalisir jumlah korban. Beliau berprinsip perang hanyalah menyingkirkan sebagian orang yang menjadi penghalang kebenaran.

Terakhir yang perlu saya kemukaan disini adalah bahwa Muhammad merupakan Sang Maha Guru Peradaban Dunia. Meski beliau tumbuh dilingkungan yang minim praktek baca tulis, Muhammad ialah seorang pembelajar yang cepat. Ia melihat pasar, kawan-kawannya, dan alam. Sekaligus ia mengajarkan bahwa ilmu dan urgensinya ialah untuk mencapai kebahagian dunia akhirat. Menurutnya proses belajar efektif ialah dengan “heolistic learning method”. Dimana kita memerlukan scanning dan leveling, active interaction, dan learning condition. Dan akan membuahkan hasil jika story telling, analogy & case study, body language, self reflection, focus & poin basis dan affirmation dan repetition.

Kepemimpinan Ide

Kita sedang pada suatu pemahaman bahwa kinerja manusia, mesin, dan komputer tidak lagi terbatas. Dimana kecanggihan mengarah pada dua titik ekstrem, diantara era kinerja atau era baru keterbelakangan. Kinerja terjadi ketika produktifitas yang semakin cepat. Sedang kerterbelakangan terjadi ketika kita mulai mengkonsumsi apa pun yang kita hasratkan secara berlebihan. Era bangkitnya mesin-mesin ternyata diimbangi oleh era kejatuhan umat manusia. Ada keajaiban sekarang, pun mengajak pada era berakhirnya waktu.

Sekarang kita melihat lautan informasi, media dan komunikasi sehingga kita dapat melintasi negara, kepercayaan, kelas sosial ekonomi, dan disiplin ilmu. Dengan sederhana kumpulan sejarah, pengetahuan, dan kebijaksanaan manusia di ujung jari kita. Pada titik ekstrem ini, kita akan dihadapkan pada era kebebasan atau era kebingungan. Pun media memunculkan era gagasan atau era propaganda. Sedang komunikasi pada masa era masyarakat network atau era individualisme.

Pada dua fenomena pembentuk diatas, saya mengajak untuk bagaimana kita menanggapi situasi didepan. Tekanan Ghozwul Fikri jelas akan senantiasa massif pada masa kini. Oleh karena itu untuk tidak reaktif kita mesti merekayasanya dengan sangat cerdas. Jika kita membaca terutama saatnya bergulirnya era reformasi tahun 1998. Maka kita bisa melihat keran demokrasi membuka wacana apapun untuk dinikmati manusia tanpa batas  secara positif maupun negatif. Dan melemahnya Gerakan Mahasiwa pasca reformasi menjadi catatan tersendiri bahwa harus ada yang mampu mengambil peran dalam mempercepat momentum perubahan (perbaikan) sekarang ini.

KAMMI sebagai wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan Negara yang Islami, memiliki peluang besar untuk mengambil peran dominan. Logika sederhana, kepemimpian yang kita tawarkan sebagai strategi perjuangan pasti bermula dari sebuah ide. Seperti halnya perang yang memusnahkan milyaran manusia terjadi karena keluarnya ide dari manusia yang mencintai perang. Oleh karenanya KAMMI akan cepat memimpin negeri Indonesia dengan kepemimpinan ide terlebih dahulu. Hal ini perlu disadari oleh segenap kader KAMMI bahwa untuk membumingkan ideologi dan menginspirasi Indonesia, kita mesti banyak berpikir dan mewujudkan pikiran kita. Sehingga kita bisa terdepan menjawab permasalahan negeri ini. Termasuk pada gerakan mahasiswa, sudah menjadi kemestian KAMMI sebagai pemimpinya. Gerakan struktural dan kultural yang dilakukan KAMMI ialah sosialisasi ide-ide perubahan yang mampu diimplementasikan. Dengan penguatan kaderisasi, penguatan komisariat sebagai basis pencerdasan mahasiswa di kampus, pengendalian terhadap wacana publik pada skala kecil maupun besar, penguatan jaringan serta dukungan masyarakat. Kepemimpinan ide KAMMI menjadikannya Pemimpin.

Rekayasa Pendidikan Islam yang Mencerahkan Indonesia

Indonesia merupakan Negara terbesar umat Islam secara sosiologis di dunia. Oleh karena itu secara modal manusia ini diharapkan bisa memberikan konstribusi besar pada dunia Islam. Walaupun permasalahan Indonesia sendiri banyak, namun Islam mengajarakan perbaikan bagi seluruh umat manusia. Sehingga manusia muslim (Indonesia) memiliki tanggung jawab untuk mencerahkan Indonesia sekaligus menjawab problematika umat Islam.

Pandangan terhadap Negara Indonesia sendiri hari ini memang banyak hal-hal yang ironis. Negara Indonesia masih mempertunjukan para pemimpin (muslim) yang melakukan tindakan-tindakan korupsi di lembaga pemerintahan. Pun kita masih melihat pemandangan kemiskinan, penggangguran, pelacuran dan lain sebaginya sebagai pemandangan masalah sosial. Sehingga banyak orang berkesimpulan pendidikan di Indonesia gagal. Manusia seutuhnya yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan kita umumnya tidak terwujud terutama secara mental spiritual.

Berbicara masalah pendidikan di Indonesia sendiri itu sangat kompleks. Diantaranya masalah kualitas pendidikan yang rendah, komersialisasi pendidikan, profesionalisme guru dan lain sebagainya. Pun termasuk korupsi di dunia pendidikan. Sehingga semakin membuat kita berpikir dari mana kita harus memulai mengatasi masalah pendidikan sendiri.

Kalau kita ingin menarik kesimpulan akar dari segala permasalahan pendidikan. Sebenarnya bisa kita lihat dari tujuan yang keluar dari sebuah paradigma pendidikan itu sendiri. Jadi kalau kita melihat orang pandai di Negara kita korup berarti ini sudah menyimpang dari tujuan pendidikan kita. Demikian kita melihat ada paradigma yang bergeser dari pendidikan kita yang mana itu fatal sehingga terjadi kekeliruan, kesalahan, kejahatan pada manusia Indonesia. Ternyata akar permasalahan pendidikan kita ini karena terjadinya sekularisme pendidikan. Masalah ini dilihat secara perspektif ideologis (prinsip) merupakan masalah mendasar dari kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem pendidikan.

Adapun masalah lain merupakan masalah-masalah cabang yang berkaitan dengan aspek praktis/teknis seperti rendahnya kesejahteraan guru, mahalnya biaya pendidikan, dan sebagainya.Demikian kita harus mengakui secara jujur bahwa sistem pendidikan kita bersifat sekuler materialistik. Walaupun dalam UU Sisdiknas N0.20 tahun 2003 pasal 4 ayat 1 berbunyi, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.” Kenyataannya landasan spiritual  tidak menjadi ruh pada setiap aktivitas kehidupan anak bangsa Indonesia.

Perlu diingat sekularisme disini hanya menolak peran agama untuk mengatur kehidupan masyarakat umum termasuk aspek pendidikan. Hal yang sangat keliru, agama hanya menjadi masalah privat dan tidak dijadikan asas untuk menata  kehidupan masyarakat. Catatan penting walaupun para individu pelaksana sistem itu beriman dan bertaqwa secara pribadi. Jelas ini menandakan sistem pendidikan masih sekuler. Selain itu UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagaman, dan khusus”. Dari pasal ini terlihat dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Dan sistem dikotomis ini terbukti telah gagal melahirkan manusia shalih yang berkepribadian Islam.

Rekayasa pendidikan Islam merupakan upaya bagaimana nantinya pendidikan bisa mencetak manusia muslim yang shalih. Khususnya di Indonesia upaya penyelesaian masalah mendasar mesti dilakukan secara secara fundamental. Hal ini  hanya dapat terwujud jika kita melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Otomatis setelah itu kita akan lebih mudah menyelesaikan berbagai macam setiap cabang masalah pendidikan.

Suatu upaya nyata juga sebagai bisa dilakukan melalui langkah politik yakni mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan Islam. Hal ini penting karena menentukan hal-hal paling prinsipil dalam pendidikan. Seperti halnya tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.

Adapun untuk mengentaskan permasalahan cabang dari pendidikan seperti halnya menyangkut masalah pembiyaan yakni  kesejahteraan guru dan komersialisasi pendidikan—berarti juga sekalian mengubah sistem ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis dalam hal ini diganti dengan sistem ekonomi Islam sebagai langkah ekonomi. Kita mesti berangkat dari pola pikir bahwa pemerintahlah yang menanggung segala pembiyaan pendidikan Negara.

Selain itu juga soal solusi praktis/teknis misalnya dalam menyelesaikan masalah kualitas (profesionalisme) guru bisa dengan meningkatkan kesejahteraan. Bahkan upaya membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.

Catatan lain dalam upaya Islamisasi Pendidikan tidak hanya dilakukan melalui langkah politik dan ekonomi tetapi juga bisa melalui langkah hukum seperti misalnya melakukan Judicial Review ke MA pada UU BHP karena syarat komersialisasi pendidikan. Sehingga membawa dampak mencetak pelajar-pelajar yang berpikir instan seperti mahasiswa yang hanya berpikir meraih IPK besar dan cepat lulus tanpa menyentuh dimensi sosial. Lalu kemudian langkah dalam dunia pendidikan sendiri dengan mengislamisasi ilmu pengetahuan seperti yang dilakukan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas.

Dengan upaya diatas, agenda rekayasa membumikan pendidikan Islam yang bersandar pada Al-Quran dan As-Sunnah bisa membangun manusia Indonesia seutuhnya seperti yang dicita-citakan. Manusia yang tidak hanya berpikir dan bertindak pincang karena hanya dengan menggunakan fisik material tapi juga ia memiliki mental spiritual yang menunjukan pribadi muslim yang shalih. Sehingga dengan generasi Rabbani seperti ini bisa mencerahkan Indonesia.(Catatan Saat DM 3 KAMMI, di Pondok Madani)

Islam dan Politik : Pandangan Praktis Hasan Al-Banna

Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 20 telah muncul seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam agenda kebangkitan Islam. Ia bernama Hasan Al-Bana yang mana diantara para tokoh pergerakan Islam menjadi sumber inspirasi. Dalam pandangan Thanthowy Jauhary, Al-Banna lebih besar dari pada Jamaludiddin Al-Afgani yang mengangkat tema Pan Islamisme pun Muhammad Abduh sebagai pendahulunya. Bisa dibilang tokoh yang berkelahiran Mesir pada tahun 1906 ini merupakan perpaduan yang menakjubkan antara taqwa dan kepiawaian politik. Ia sholeh seperti Ali dan cerdas seperti Mu’awiyyah.Kesadaran sejarah yang begitu dalam, menjadikan Al-Banna sebagai pemegang saham terbesar kebangkitan Islam mulai abad 20 sampai sekarang. Ia sangat paham akan problematika umat dan sangat kuat perencanaanya dalam memecahkan persoalan. Ketika para pemimpin dinegara-negara Islam dipengaruhi oleh Eropa yang telah memisahkan agama dari politik dan pemerintahan, ia terdepan dalam memperingatkan akan bahaya fatal tersebut karena memang menjadi awal dari kelemahan dan kerusakan.  Dengan kemahirannya akan Fiqh Politik, ia mengkritik keras sekularisme dan menyadarkan bahwa setiap gerakan Islam yang menjauhkan politik dari cita-citanya tidak tepat. Menurutnya pemahaman agama itu universal meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk politik tanpa pemisahan. Bahkan beliau dalam sebuah konferensi pelajar Ikhwanul Muslimin pada bulan Muharram 1357 H, mengatakan,

“Dapat aku sampaikan dengan tegas bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna agamanya kecuali jika ia menjadi politikus, memiliki pandangan yang jauh tentang problematika umatnya, memperhatikan urusan-urusan mereka dengan bersedia untuk mencari jalan keluarnya. Dapat aku katakan bahwa pembatasan dan pembuangan agama ini adalah sikap yang tidak diakui oleh agama Islam. Maka kepada setiap organisasi Islam agar menjadikan prioritas programnya adalah memperhatikan urusan politik umat Islam. Kalau tidak maka ia sendiri perlu untuk memahami kembali akan makna Islam.”

Pandangannya diatas benar-benar pada perencanan dan tindakan sosial yang nyata dalam memecahakan problematika umat. Terbukti  saat wacana  berkembang di Mesir pada penghujung abad 19 dan awal abad ke 20 sebagai masanya, Al-Banna menjadi pemeran utamanya. Catatan penting saat itu, hampir seluruh bagian dunia Islam berkiblat ke Mesir, ketika pusat Khilafah Islamiyah di Turki sedang lemah menghadapi konspirasi internasional. Selain disamping diisolasi dari negara-negara Islam lainnya, khususnya negara-negara Arab, melalui isu nasionalisme. Al-Banna melakukan proses kebangkitan sebuah bangsa dan ummat dengan luar biasa. Demikian juga saat runtuhnya Khilafah, dengan cepat ia membangun kembali proyek peradaban yang besar dan kompleks.

Pada catatan Anis Matta, singkat cerita tentang langkahnya, Al-Banna memulai pekerjaan dengan menganalisa kondisi umat Islam serta lingkungan strategis yang mempengaruhinya.  Ia menentukan sasaran dan target tertinggi yakni menegakkan khilafah kembali dan menjadi soko guru ummat manusia. Setelah itu membuat “peta masalah” dunia Islam bersama Ikhwanul Muslimin yang didirikannya, ia mengabadikan transformasi wacana kebangkitan Islam menjadi sebuah gerakan, yang bekerja pada semua lini kehidupan umat. Cara yang dilakukan ialah dengan merekonstruksi struktur sosial yang melahirkan para pemimpin atau bahasa lain yakni pembentukan kader. Hal ini berhasil dengan terlihatnya kader-kader Ikhwan ada pada seluruh lapisan sosial masyarakat Mesir. Lalu ikhwan juga berkembang menjadi gerakan massa bahkan mampu mengerjakan tugas dan fungsi negara, seperti mendirikan sekolah, rumas sakit, mesjid, perusahaan, lembaga riset dan lainnya. Sehingga Ikhwan dapat mengelola aktivitas ibadah, pendidikan, bisnis, sosial dan politik. Hal merupakan suatu integrasi sempurna dari empat kekuatan yakni konsep, kader, massa dan organisasi.

Cerita nyata diatas menjadi ancaman bagi Barat khususnya Inggris yang sangat berhubungan dengan Mesir. Pada akhirnya Al-Banna dibunuh dengan cara ditembak oleh mereka musuhnya yang ketakutan pada tahun 1948, menginjak usianya baru genap 42 tahun. Setelah kematian beliau para pimpinan Ikhwan pun dipenjara selama lebih 20 tahun dan organisasi ini dibubarkan. Sayangnya apa yang dilakukan oleh musuh Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin tidak berhasil membunuh pergerakan yang sudah diabadikan. Sekarang Ikhwan telah menyebar lebih dari 70 negara Islam, termasuk Indonesia yang kita cintai sebagai negara muslim terbesar didunia. Allahu Akbar !!!

Tulisan yang Mengingatkan Pada Murabbi Pertama

Mula hati bicara dengan kata, terasa meiyakan. Lalu pikirku menghias tulisan tentangku, apa-mengapa. Hinggap ku mengerti, bahwa ahang perjalanan bersama sekelilingku. Tak perlu sedu sedan itu. Tidak pula kau mendekatiku. Aku tak tau perlu. Aku malu, padaku sendiri. Kemudian pilihku itu. Sepi, sendiri, melawan hari. Merasuk pada semangat jiwa. Rasakan oleh hati. Dan itupun bergerak, membara denganku. Namun sampai ku tahu, ruh perjuangan belum kudapatkan. Tentang perlawan diri menghadap hidup atau menunggu mati. Dengan harap berseri-seri. Jaya duniaku ini. Mulia inginku. Walau kecut-takut, resah-gelisah menjadi bagian pembawaanku. Sampai yakinku berkata tentang perubahannku. Seperti apa-cara. Ku mencari tahu. Bersama kawanku termasuk kau setiaku. Yang menemaniku dengan senyuman. Semangat kan teriak. Tentang menunjukan. Bahwa kau, aku, dan kawan lain ada. Dalam suatu cerita perjalanan. Juga dengan tulisan yang kita buat. Tak lain untuk sejarah. Kehidupan setelah kematian.

Lanjut ceritaku. Hirup udara baru. Salam semangat pagi. Berkekuatan sampai terangnya siang. Namun sore tak bersahabat denganku. Hinggap ku terjatuh, mati tertidur. Mengapa-seperti itu. Aku tak tahu. Pusing kepalaku lalu berhenti sejenak. Lemas sekali perasaanku ini. Tentang yang harus dilakukan. Dalam keadaan yang tidak mengenakkan. Terusku tafakuri walau puyeng menemani. Paksaku tak enak rasaku, namun pikirku harus mencari lagi. Terus mencari. Suatu ketenangan dahulu. Agar gerakku pulih. Dan percaya diri berjalan. Juga apapun itu namanya. Pahamkan sampai ku bangun dalam diri. Juang tiada henti. Oleh karena memang ternyata, takdir tak henti ujian, cobaan, atau lain kata lain darinya. Dengan gambaran fluktuasi, imanku turun-naik. Seperti mendaki gunung lewati lembah. Ku berjalan, kadang terbang tanpa melewati lembah. Ini ketika ku menikmati suatu kelezatan. Yangku rasakan sendiri. Dan kupercaya kawanku-pun pernah dalam keadaan ini. Bahkan mungkin sedang membara sekarang. Ya bisa jadi.

Usai ceritaku. Tentangku lewat kata-kataku. Tak jauh seperti manusia selainku. Pikirku tentang bedanya, hanya masalah kadarnya ujian. Termasuk bagaimana diriku dan kawanku menerima dan menjalaninya. Hal yang manusiawi bagiku tentang itu. Dan ku lebih berkeinginan kuat, temukan titik keniscayaan sebelum kematian. Yakinku berhubung dengan Illah. Yang satu. Tak lebih atau tak mungkin tak ada.  Illah untuk titik tolak perubahan. Ya Rabb, harapan terdalam. Menyatu-ku dengan kelembutanMu. Semogaku, ku ridha dan diridhaiNya, InsyaAllah.

Akhir kata tentang ku.  Nyata itu berlaku. Maka dari itu, harusku cepat cari, bagaimana rubahku. Sampai beda pembawaanku. Saat keadaan berhadapan dengan manusia disekelilingku. Illah ya Rabb, Allah tiada lain tuhan selain engkau. Manusia hina ini terasa sakit. Mohon ampun kan dosa yang luar biasa dengan manusia lain. Lain manusia khususku cintai. Tegur ku selalu. Janganku kehilangan War’i (rasa malu). SiksaMu sungguh mengerikan. Ku tak tahan itu. Rabb yang mahatahu tentang ku kan isi dengan doa. Jauhkan ku dari maksiat. Perbuatan sia-sia. Hinggap diri termasuk seorang taubatan nasuha. Bersama saudaraku seiman. Terdekatku, yang paling mencintaiku tadi kukatakan. Jahanam sangat miris untuk didengar, jauhkanlah ya Rabb dariku bersama mereka yang iman. Ampunilah, ampunilah, ampunilah tentang aku. Terimalah diri hina ini, selalu. Sampai hidupku habis juga kematiannku. Mayatku, berilah wangiMu. Ruhku mohon gapai surgaMu. Maaf dari qalbuku yang masih ada sedikit sisa hidup. Subhanallah wal Hamdulillah wala Illahaillallah, Allahhu Akbar. Wallahualam